BATUBARA – Bisanews.id | Obyek wisata Pantai Sejarah, setelah pembenahan dengan pembangunan Jalan Produksi Perikanan (JPP), di kawasan Perupuk, Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batubara, kian hari kian diminati pengunjung karena pemandangan indah dan suasana yang terasa member kenyamanan di hati.
“Wiiich… lihat itu, ikannya bagus kali,” seru Desy setengah teriak kepada rekannya Iskandar, saat menyaksikan tepian pantai di ujung tanaman mangrove (bakau) sembari menyandarkan tubuhnya di lunjuran pagar Jalan Produksi Perikanan, Selasa (7/6/2022) siang. Seruan Desy mendapat respon senada oleh rekannya, Iskandar.
Hari itu, Desy dan Iskandar yang mengaku sebagai rekan satu pekerjaan, datang dari Aek Loba, Kabupaten Asahan, untuk khusus berkunjung untuk memenuhi hasrat ingin melihat keindahan Pantai Sejarah saat ini yang bekalangan banyak didengarnya sudah semakin elok.
Keduanya mengaku menempuh perjalanan dengan berkandaraan sepeda motor. “Agak jauh juga sih, tapi gak kecewa. Ternyata benar-benar indah pantai ini,” ungkap Desy yang ditambahi oleh anggutan Iskandar.
Kebetulan saat itu air laut sedang pasar surut, sehingga tampak dasar pantai berupa rerumpunan pohan bakau yang masih kecil dan ikan-ikan khas pantai yang bergerak menggeliat dilumpur karena kekurangan air. Ikan-ikan tersebut akan kembali berenang normal ketika air laut sudah kembali mengalami pasang naik.
Kehidupan ikan seperti itu sudah merupakan siklus yang berlangsung setiap hari di habitatnya, yang dapat disaksikan oleh wisatawan dari dekat.
Seperti diketahui, Jalan Produksi Perikanan dibangun oleh pengelola hutan Mangrove seluas 456 Ha yang membentang dari Desa Gambus Laut hingga Desa Perupuk. Jalan sepanjang 206 meter dengan lebar sekitar 1 meter tersebut menjulur dari bibir pantai hingga menjorok menuju ke tengah laut. Bila air pasang, sesekali ombak kecil memecah di tiang jalan sehingga memercik ke atas dan mengenai wajah wisatawan yang berada di atasnya, sehingga memunculkan pekik spontan setengah terkejut namun penuh kegembiraan karena menikmati suasana tersebut.
Pengelolaan ini berdasarkan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKM) dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang diperoleh Kelompok Tani Cinta Mangrove yang diketuai Azizi warga kawasan setempat. “Izinnya sesuai SK KemenKLH No 5467/MENLHK-PSKL/PKPSPSL.0/2018,” ujar Azizi yang saat itu didampingi rekan pengelolanya, Arsyad Nainggolan.
Hari itu, kepada Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Batubara, OK Faizal S.E, yang kebetulan berkunjung ke lokasi wisata tersebut, Azizi dan Arsyad Nainggolan menyampaikan gagasan perlunya menambah lagi panjang Jalan Produksi Perikanan. “Kalau kita tambah lagi 300 meter sehingga sampai ke tengah laut, tentu semakin menarik,” ujar Arsyad.
OK Faizal S.E menanggapi dengan tersenyum, seraya seolah bergumam: “Iya, kalau ditambah lagi 300 meter lalu di ujung dibuat berbentuk ‘letter T’ tentu wisatawan semakin menikmati suasananya. Karena pada saat pasang surut di ujung jalan tetap dapat menikmati pemandangan air laut, berswafoto pun jadi indah karena akan terlihat ombak dari dekat.”
“Nantilah Syad, kita pikirkan sama-sama bagaimana mewujudkannya. Yang penting dapat memberikan hasil yang baik, baik bagi pemasukan kas daerah (Pemkab Batubara) maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat,” tambahnya merespon Arsyad.